Minggu, 23 Oktober 2016

Keutamaan Orang Yang Diam Dan Tidak Banyak Berbicara


Sebagaimana dijelaskan di atas bahwasanya banyak berbicara termasuk salah satu yang menjerumuskan manusia kedalam kubangan dosa. Dan banyak berbicara menjadi sebab utama banyaknya manusia yang menyesal karenanya nanti pada hari mahsyarnya. Oleh karena itu agama islam sangat menganjurkan kepada umatnya untuk menahan bicara dengan cara tidak berbicara kecuali seperlunya saja, alias banyak diam. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Nabi dalam hadits-hadits berikut ini:
(عن عبد الله بن عمر قال : قال رسول الله : مَن صَمَت نَجَا . (رواه الترمذي
Barangsiapa yang diam maka dia akan selamat. (H.R. Turmudzi)
(عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ : قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ ، مَا النَّجَاةُ ؟ قَالَ : أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ ، وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ ، وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ . (رواه الترمذي
Berkata sahabat Uqbah bin Amir , “Wahai Rosul… apakah keselamatan itu?” Maka Nabi s.a.w menjawab, “Hendaknya engkau tahan lidahmu dan hendaknya engkau jadikan rumahmu itu terbuka untuk para tamu, dan menangislah terhadap kesalahan dan dosamu.” (H.R. Turmudzi)
(عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : ” مَنْ يَتَكَفَّلُ لِي بِمَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَ رِجْلَيْهِ ، أَتَكَفَّلُ لَهُ بِالْجَنَّةَ ” . (رواه البخاري
Berkata sahabat Sahl bin Sa’d As-Sa’idy bahwasanya Nabi s.a.w bersabda, “Barangsiapa yang menjamin kepadaku dengan yang ada diantara dua gerahamnya (mulut) dan diantara dua pahanya (kemaluan), maka aku jamin dia untuk masuk surga. (H.R. Bukhari)
عن أبي هريرة قال :سُئِلَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَن أَكثَرِ مَا يُدخِلُ النَّاسُ الجَنَّةَ فَقَالَ “تَقوَى اللهِ وَحُسنِ الخُلُقِ” وَسُئِلَ عَن أَكثَرِ مَا يُدخِلُ النَّاسُ النَّارَ فَقَالَ ” الأَجوَفَانِ الفَمُ وَالفَرجُ” . رواه الترمذي
Ditanya Rosulullah tentang perkara yang paling banyak menyebabkan manusia masuk ke dalam surga. Maka Rosulullah s.a.w menjawab, “Bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia.” Kemudian ditanya juga tentang perkara-perkara yang banyak menyebabkan manusia banyak masuk ke dalam neraka. Maka beliau menjawab, “Dua hal yang lubang, yaitu mulut dan kemaluan.” (H.R. Turmudzi)
(قال رسول الله ‏صلى الله عليه وآله وسلم : مَن سَرَّهُ أَن يَسلَمَ فَليَلزَمَ الصَّمتَ . (رواه ابن أبي الدنيا والبيهقي
Barangsiapa yang ingin selamat, maka hendaknya ia melazimi diam. (H.R. Ibnu Abi Dunya-Baihaqi)
وقال أنس بن مالك قال صلى الله عليه وسلم لَا يَسْتَقِيمُ إِيمَانُ الْعَبْدِ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ وَلَا يَسْتَقِيمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ وَلَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ رَجُلٌ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ . (رواه ابن أبي الدنيا
Tidak akan lurus keimanan seseorang sehingga hatinya menjadi lurus. Dan tidak akan lurus hati seseorang kecuali jika lidahnya lurus. Dan tidak akan masuk ke dalam surga seseorang jika tetangganya tidak aman daripada gangguannya. (H.R. Ibn Abi Dunya)
Diriwayatkan bahwasanya sayyidina Umar r.a melihat sayyidina Abu bakar As-Siddiq r.a menarik-narik sesuatu dari mulutnya lalu memasukkan lagi benda yang dikeluarkannya dan ternyata hal itu adalah batu kerikil yang selalu diletakkannya di mulut dan setiap kali akan berbicara dia keluarkan lalu memasukkan kembali setelah usai berbicara. Maka dia bertanya kepadanya, “Apa yang kau lakukan wahai khalifah Rasulullah ?” Maka beliau menjawab, “Inilah yang menyebabkan banyak ancaman dan peringatan daripada Nabi terkait dengannya. Diantaranya Nabi bersabda:
(قال رسول الله ‏صلى الله عليه وآله وسلم : لَيسَ شَيءٌ مِن الجَسَدِ إِلَّا يَشكُو إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ اللِّسَانُ عَلَى حِدَّتِهِ . (رواه الدار قطني
Tidak ada suatu anggota badan pun kecuali pasti mengadukan lidah kepada Allah SWT karena saking juteknya lidah manusia. (H.R. Ad-Dar Quthni)”
Berkata sahabat Ibn Mas’ud r.a ketika berada di atas bukit Shofa, “Wahai lidah… Katakanlah kebaikan maka kamu akan beruntung karenanya! Dan banyaklah diam dari segala keburukan, maka kamu akan selamat dari kejahatannya dan lakukanlah sebelum datang penyesalan pada akhirnya.” Maka seseorang berkata kepadanya setelah mendengar perkataannya, “Wahai Abu Abdurrohman… apakah perkataan itu berasal darimu atau sesuatu yang pernah engkau dengarkan?” Maka dia berkata, “Tidak bukan perkataanku akan tetapi sesuatu yang pernah aku dengar dari Rosulullah s.a.w dimana beliau bersabda”:
(قال رسول الله ‏صلى الله عليه وآله وسلم : إِنَّ أَكثَرَ خَطَأ ابنِ آدَمَ فِي لِسَانِهِ . (رواه الطبراني
Sesungguhnya paling banyaknya dosa bani Adam itu berasal pada lidahnya. (H.R. Thobroni)
(عن أبي هريرة- رضي اللّه عنه- عن رسول اللّه صلّى اللّه عليه وسلّم قال: ” مَن كَانَ يُؤمِنُ بِاللّهِ وَاليَومِ الآخِرِ فَليَقُل خَيرًا أَو لِيَصمُت “. (متفق عليه
Barangsiapa beriman dengan Allah SWT dan hari akhir, maka hendaknya dia berkata kebaikan atau diam. (Muttafaq alaih)”
Berkata sahabat Abdullah Ibn Mas’ud r.a : Demi Allah SWT yang tidak ada tuhan selain Dia… Tidak ada sesuatu yang berhak untuk ditahan melebihi daripada lidah manusia.
Berkata At-Thowus r.a : Lidahku ini bagaikan binatang buas. Jika aku lepaskan, maka dia akan menerkamku.
Berkata Imam Hasan Al-Basri r.a : Tidaklah dianggap seseorang cerdik dalam syariat islamnya kalau dia tidak menjaga lidahnya.
Berkata Muhammad bin Wasi’ r.a kepada Malik bin Dinar r.a : Wahai Abu Yahya… Ketahuilah bahwasanya menjaga Lidah itu lebih sulit daripada menjaga dinar dan dirham.
Suatu waktu berkumpul segerombolan orang di depan Mu’awiyah dan mereka sedang berbincang dan berdiskusi. Diantara mereka terdapat Ahnaf bin Qays. Hanya dia saja yang diam dan tidak berbicara. Maka Mu’awiyah berkata kepadanya, “Wahai Abu Bahr.… Kenapa engkau tidak berbicara?” Maka dia menjawab, “Aku takut kepada Allah SWT jika berbohong dan aku takut kepadamu jika aku jujur.”
Diriwayatkan pernah suatu waktu empat raja berkumpul dan berdiskusi diantara mereka. Yaitu raja India, raja China, raja Kisra dan raja Kaisar. Berkata salah satu dari mereka yang berdiskusi tentang bahayanya ucapan, “Aku menyesal ketika aku berbicara. Dan aku tidak pernah menyesal terhadap apa yang belum aku ucapkan.” Berkata raja kedua, “Jika aku telah mengucapkan suatu ucapan, maka dia telah menguasai aku dan aku tidak dapat menguasainya. Namun jika aku belum mengucapkan suatu ucapan, maka aku mampu mengusainya dan dia tidak dapat menguasaiku.” Berkata raja yang ketiga, “Aku heran kepada orang yang banyak bicara dimana jika ucapannya itu kembali kepadanya, maka pasti akan membahayakannya karena ucapan yang telah menyinggung orang lain. Sedangkan jika tidak kembali lagi kepadanya, maka sama sekali tidak akan bermanfaat baginya.” Berkata raja keempat, “Mengulangi lagi ucapan yang tidak aku ucapkan lebih mudah bagiku daripada menarik kembali apa yang terlanjur aku ucapkan.”
Diriwayatkan bahwasanya Robi’ bin Khoitsam tidak pernah berbicara masalah dunia selama 20 tahun. Dan setiap hari selama 20 tahun itu dia membawa kertas. Apapun yang dia ucapkan, dia akan menulisnya di atas kertas. Dan pada malam harinya dia evaluasi apa saja yang tertulis dari ucapannya itu.
Kesimpulannya, alangkah besarnya keutamaan orang yang diam dan tidak banyak berbicara
(Alhabib Segaf Baharun)

0 komentar:

Posting Komentar